ETIKA DAN MORAL DALAM PENDIDIKAN JASMANI
ETIKA
DAN MORAL DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Oleh:
Badrun Nur
Abstrak
Pelaksanaan
pendidikan jasmani tidak bisa lepas dari aturan-aturan dan norma yang belaku di
masyarakat karena merupakan masalah penting dalam kehidupan, pendidikan jasmani
dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan anak memberikan suatu
pengayaan dalam etika dan moral di masyarakat.
Mengajarkan
etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh.Tindakan lebih baik dari
kata-kata. Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan,
kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi. Pendidikan jasmani
adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian,
termasuk perubahan perilaku, karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu
melibatkan dimensi sosial, disamping kriteria yang bersifat fisikal yang
menekankan ketrampilan, ketangkasan dan unjuk “kebolehan’. Dimensi sosial ini melibatkan
hubungan antar orang, antar peserta didik sebagai sebagai fasilitator atau pengarah.
Pendahuluan
Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana ntuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potentsi yang
dimilikinya agar dapat mempengaruhi pembinaan dan pembetukkan kepribadian
ataupun perilakunya. Oleh karena itu pada dasarnya pendidikan jasmanimeruapakan
bagian integral dari sistem pendidikan secara menyeluruh sehingga dalam hal ini
pendidikan jasmani harus diarahkan menuju pada pencapaian hal tersebut.
Pendidikan
jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan
penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan
terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus
membentuk gaya hidup yang sehat, bugar dan aktif sepanjang hayat dan sepanjang
masa, jadi dalam pelaksanaan pembelajaran pendidika jasmani seorang pendidik/
guru harus apat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, tehknik dan
strategi permainan / olahraga, dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan jasmani dan olahraga.
Etika
Istilah
etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani,
ethike yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang
etika itu secara khas sehubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi
tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau suku
bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat
istiadat atau tata krama. (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai pretensi
untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah
pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang dihasilkannya secara
langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis.
(Franz Magnis Suseno,1989).
Lebih
lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi
etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk memahami
etika, maka kita harus memahami moral. Etika mengembangkan diri, Orang hanya
dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak asing baginya,
yaitu nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral,
estetis dan religius. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai
dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Richad Tinning, (2001)
dikemukan sebagai berikut : Mengembangkan diri, Melepaskan diri, menerima
diri.
Freeman
menyebutkan bahwa etika terkait dengan moral dan tingkah laku, menjelaskan
aturan yang tepat tentang sikap. Etika merupakan pelajaran dari tingkah laku
ideal dan pengetahuan antara yang baik dan buruk. Etika juga menggambarkan
tindakan yang benar atau salah dan apa yang harus orang lakukan atau tidak.
Etika penting karena merupakan kesepakatan pada kebiasan manusia, bagaimana modelnya,
bagaimana ia menunjukkan dirinya sendiri, dengan segala sisi baik dan buruk.
Wendy
Kohli, (1995) mengemukakan etika mendasari tentang cara melihat dan mempromosikan
kehidupan yang baik, tentang mendapatkannya, merayakannya dan
menjaganya.
Etika terkait dengan nilai-nilai pemeliharaan seperti kebenaran, pengetahuan,
kesempurnaan, persahabatan dan banyak nilai-nilai lainnya. Etika juga
mengenai
rasa belas kasih dan simpati, tentang memastikan kehidupan baik berbagi dengan
lainnya, etika terkait dengan kepedulian terhadap yang lain, terutama yang
tidak punya kedudukan atau kekuatan yang diperlukan untuk melindungi diri
mereka sendiri atau jalan mereka.
Moral
Istilah
moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan
niat. Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan menurut Freeman
etika terkait dengan moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar
menyatakan bahwa etika juga mengenai tentang rasa belas kasih dan simpati-tentang
memastikan kehidupan yang baik berbagi dengan lainnya. Suseno mengatakan bahwa
moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral
adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Perkembangan moral adalah proses,
dan melalui proses itu seseorang mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang
diterima oleh masyarakat (Bandura, 1977).
Pada
dasarnya seseorang yang konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai
seseorang yang bermoral. Para ahli menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong
kebajikan” (Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku
orang lain sebagai model atau tauladan yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu
atau yang menunjukkan perilaku berlandasan nilai yang diharapkan. Untuk memahami
moral Kohlberg (1981) dan Rest (1986) menyatakan bahwa pemahaman moral
berpengaruh langsung terhadap motivasi danperilaku namun memiliki hubungan yang
tak begitu kuat. Hubungan erat pada empati, emosi, rasa bersalah, latar
belakang sosial, pengalaman.
Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak
sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataanya,
pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas.
Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainya:
hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan fikiran dan jiwanya. Fokusnya
pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan
aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang
tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.
Secara
sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1)
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas
jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social.
2)
Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak
dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3)
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan
tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4)
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani
baik
secara
kelompok maupun perorangan.
5)
Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan
social yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar
orang.
6)
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan
olahraga.
Etika dan moral dalam pendidikan Jasmani
Freeman
dalam buku Physical Education and Sport in A cahanging Society menyarankan 5 area dasar dari etika yang
harus diberikan yaitu : 1) Keadilan dan persamaan, 2) Respek terhadap diri
sendiri. 3) Respek dan pertimbangan terhadap yang lain, 4) Menghormati
peraturan dan kewenangan , 5) Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif.
(Freeman,2001;210)
1. Keadilan
dan Persamaan
Anak didik atau atlet adalah
mengharapkan perlakuan yang adil dan sama. Anak didik ingin sebuah kesempatan
untuk belajar yang sama. Seringkali anak didik yang di bawah rata-rata dalam
olahraga diabaikan.
2. Respek
terhadap diri sendiri
Pelajar atau atlet
membutuhkan respek terhadap diri sendiri dan imej positif tentang dirinya untuk
menjadi sukses. Pelatih dan pengajar yang melatih semua anak didiknya dengan
sama mengambil langkah tepat dalam setiap arahnya agar anak didiknya merasa
dirinya penting dan layak dimata pengajarnya.
3. Rasa
hormat dan kepedulian terhadap orang lain.
Pelajar dan atlet
membutuhkan rasa hormat kepada orang lain, apakah teman sekelasnya, lawan
bertanding, guru ataupun pelatihnya. Mereka perlu belajar tentang bagaimana
pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat.
4. Menghormati
peraturan dan kewenangan
Pelajar dan atlet perlu
menghormati kewenangan dan peraturan, karena tanpa kedua hal ini suatu
perhimpunan tidak akan berfungsi.
5. Rasa
terhadap perspektif atau nilai relative
Beberapa pertanyaan tentang gunanya berolahraga
perlu dipertimbangkan diantaranya ; a) seberapa penting olahraga, b) apakah
hubungan yang tepat antara olahraga dalam filosofi pendidikan kita? ,c)Seberap
penting suatu kemenangan dan d) apa yang menjadi integritas akademik kita?
Konsep
pendidikan jasmani terfokus pada proses sosialisasi atau pembudayaan via
aktifitas jasmani, permainan dan olahraga. Proses sosialisasi berarti
pengalihan nilainilai budaya, perantaraan belajar merupakan pengalaman gerak
yang bermakna dan memberi jaminan bagi partisipasi dan perkembangan seluruh
aspek kepribadian peserta didik. Perubahan terjadi karena keterlibatan peserta
didik sebagai aktor atau pelaku melalui pengalaman dan penghayatan secara
langsung dalam pengalaman gerak sementara guru sebagai pendidik berperan
sebagai “pengarah” agar kegiatan yang lebih bersifat pendeawsaan itu tidak
meleset dari pencapaian tujuan.
Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani
dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru
pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa
Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap
orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di
sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu seluruh suasana dan iklim di sekolah
sendirii sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain
di keluarga dan masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap
nilainilai kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuh kembangkan
penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin
menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan
sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan,
maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung
keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli soal, mark up nilai,
pemaksaan pembelian buku dsb).
Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para
pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka
ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada
peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup
sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan nilai
disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani. Semua pendidik di
sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang peluang
yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan
pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain,
baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan dasar mengenai etika dan moral dalam pendidikan jasmani dan
olahraga : a) Pendidikan jasmani dapat membantu meletakkan dasar yang baik
dalam keterampilan bagi setiap anak. b) Pendidikan jasmani dapat membantu
dengan menekankan semangat dan budi pekerti yang tinggi sportifitas,
menghormati hak orang lain, demokratis dan bergaul secara serasi, seimbang dan
selaras. c) Pendidikan Jasmani adalah pengalaman social yang sifatnya relative
membangun karena pada dasarnya seseorang anak dapat beraktivitas fisik sehingga
dapat menjalani hidup dengan memuaskan d) Pendidikan jasmani sebagai alat
pendidikan mempercepat anak dalam mengembangkan konsep tentang etika dan moral.
e) Pendidikan jasmani dapat mengajarkan anak untuk bersifat fair play sehingga
dalam pembentukannya dapat memberikan dampak yang positif terhadap
lingkungannya, f) Membentuk karakter yang kuat baik fisik maupun mental melalui
pendidikan jasmani dan olahraga sehingga pada akhirnya dapat menjadikan siswa
berbudi pekerti yang baik, mandiri, jujur dan bertanggung jawab. g) Mengamati
perkembangan moral melalui permainan-permainan olahraga yang bersifat
kompetitif
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar